Evaluasi Pelatihan Menggunakan Model CIPP

CIPP merupakan akronim dari context, input, process, dan product. CIPP merupakan salah satu model untuk evaluasi program, yang dikembangkan oleh Stufflebeam (1971). Selain untuk evaluasi program pendidikan atau pelatihan, CIPP juga bisa digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat. Artikel yang terbit di jurnal Transformasi ini mengupas hasil evaluasi pelatihan pemanfaatan Asc Timetable menggunakan model evaluasi CIPP. Jika tertarik lebih lanjut tentang artikel ini, silakan kunjungi langsung di sini.

Menyambut Society 5.0 Melalui Blended Learning

Alhamdulillah, satu lagi tulisan yang berawal dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah terbit pada jurnal terakreditasi Sinta 3. Artikel yang telah terbit ini bercerita tentang pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan blended learning. Hadirnya revolusi industri 4.0 dan society 5.0 menjadi inspirasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka untuk mempersiapkan sejak dini, agar para guru dan siswa tidak mampu bersaing dan menangkap peluang di masa yang akan datang.

Pendekatan yang digunakan pada kegiatan ini adalah participatory action research (PAR) dengan subjek dampingan yang menjadi mitra kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah Madrasah Aliyah Al-Ishlah Bungkal, Ponorogo. Kegiatan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu identifikasi masalah, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi pelaksanaan.

Hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah pemahaman peserta yang tinggi terhadap materi yang disajikan, baik tentang revolusi industri 4.0, society 5.0, dan blended learning serta keterampilan peserta dalam menggunakan Google Classroom dalam pembelajaran. Indikator lain keberhasilan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah hasil evaluasi peserta terhadap pelaksanaan kegiatan. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa kegiatan sangat baik, baik pada aspek sistematika materi, kesesuaian materi, alokasi waktu setiap materi, cara penyampaian materi, kesempatan mengajukan pertanyaan, interaksi narasumber dengan peserta seminar, kualitas materi yang disampaikan, relevansi materi dengan kebutuhan, maupun kemenarikan materi yang disampaikan.

Silakan baca artikel lebih lengkap di sini.
DOI: http://dx.doi.org/10.30651/aks.v4i2.3499
Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Membangun Madrasah Menuju Revolusi Industri 4.0

Alhamdulillah telah terbit artikel saya di Jurnal E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat pada Vol 10, No 2 (2019). Artikel ini bercerita tentang pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan segmentasi Madrasah Aliyah di Kabupaten Ponorogo dalam rangka menyambut era revolusi industri 4.0. Hadirnya revolusi industri 4.0 harus disikapi dan dipersiapkan dengan sangat baik, termasuk halnya oleh madrasah. Peluang yang ada justru harus dijadikan pelecut semangat untuk berbenah dan berinovasi agar madrasah semakin maju dan berkembang. Kenyataan yang ada, jangankan untuk menghadapi revolusi industri 4.0, keberadaan website sebagai sarana informasi resmi saja belum ada. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupaya memberikan solusi bagi madrasah swasta di Kabupaten Ponorogo yang belum memiliki website.

Kami menggunakan pendekatan participatory action research dalam melaksanakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Secara teknis, dilakukan melalui lima tahapan pengabdian berbasis kompetisi yang meliputi persiapan, pelatihan, pendampingan, kompetisi, dan apresiasi. Hasil nyata kegiatan pengabdian ini adalah keberadaan website resmi madrasah dampingan. Seluruh website tersebut selanjutnya dilakukan kompetisi antar madrasah dampingan dengan beberapa kategori perlombaan. Madrasah dengan website terbaik pada masing-masing kategori diumumkan dan diberikan apresiasi pada kegiatan abdimas award. Indikator lain keberhasilan program pengabdian kepada masyarakat ini adalah hasil umpan balik dari Kepala Madrasah dampingan. Sebanyak 94% madrasah menyatakan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terlaksana dengan sangat baik.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dirjen Pendis Kementeraian Agama RI atas dukungan penuhnya terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan LPPM IAIN Ponorogo yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Selain itu, ucapakan terima kasih juga kami sampaikan kepada para madrasah dampingan yang bersedia menjadi mitra kerja sama kegiatan ini..

Selamat membaca. Mohon masukannya.

Baca artikel lengkap di sini atau klik DOI: http://dx.doi.org/10.26877/e-dimas.v10i2.3229

Model Pengabdian Berbasis Kompetisi

Pengabdian merupakan salah satu tri dharma perguruan tinggi yang kerap kali dikesampingan. Memang secara langsung tidak berimplikasi pada dosen sebagai pelaksana pengabdian. Juga tidak ada tuntutan luaran berupa jurnal layaknya penelitian. Tidak ada juga standarisasi pengabdian kepada masyarakat. Karenanya, pengabdian menjadi tidak terlalu populer.

Pengabdian masyarakat sesungguhnya merupakan bentuk dharma bakti nyata dan langsung kepada masyarakat. Hasil penelitian yang ideal dengan visi setinggi langit perlu digunakan untuk mensejahterakan masyarakat. Tentu sesuai dengan keahlian yang kita miliki masing-masing.

Buku ini lahir dari ide yang sudah penulis tuangkan dan aplikasikan, yaitu pengabdian kepada masyarakat berbasis kompetisi. Pengabdian yang di kombinasikan dengan kompetisi antar dampingan.

Terdapat empat tahapan kegiatan pada pengabdian kepada masyarakat berbasis kompetisi. Kesatu, planning atau perencanaan. Pada tahap ini tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat bersama masyarakat dampingan menyusun rencana bentuk kegiatan pemberdayaan secara bersama-sama. Kedua, tahap doing atau pelaksanaan. Pada tahap ini tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat bersama masyarakat dampingan melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Ketiga, kompetisi atau perlombaan. Pada tahap ketiga ini dilakukan perlombaan antar subjek dampingan berdasarkan parameter tertentu yang telah ditetapkan bersama. Keempat, apresiasi atau penghargaan. Pada tahap terakhir ini, subjek dampingan yang paling baik–sesuai dengan kriteria kompetisi yang telah dilakukan sebelumnya–diberikan apresiasi atau penghargaan.

Buku ini juga dilengkapi dengan uraian mengenai berbagai pendekatan pemberdayaan masyarakat, mulai dari PRA, RRA, SL, hingga ABCD. Masing-masing disebutkan tahapan, kelebihan, kekuarangan, dan perbedaannya. Selain itu, Buku ini juga dilengkapi dengan contoh best practice yang telah penulis lakukan.

Sebagai penutup buku, disajikan berbagai potensi luaran yang sangat bermanfaat bagi dosen, mulai dari buku, artikel pada jurnal, oral presentasi pada seminar nasional atau internasional, HKI (hak kekayaan intelektual) dan lain sebagainya. Jika penasaran, Anda dapat memiliki buku ini dengan murah di sini.

Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Webinar Optimalisasi Pemanfaatan Akun “belajar.id”

Ponorogo, 11 Desember 2021. Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kabupaten Madiun senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Tidak mau hanya menjadi kelompok “Laggards” menurut Everett M Rogers (2003). Para Bapak dan Ibu Guru PAI di Kabupaten Madiun menyelenggarakan Webinar Optimalisasi Pemanfaatan Akun “belajar.id”. Kegiatan ini diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 10 – 11 Desember 2021.

Webinar ini mengupas tentang tiga hal. Pertama, blended learning sebagai alternatif pembelajaran daring dan luring yang disampaikan oleh Dr. Sugiyar, M.Pd.I. Kedua, Optimalisasi pemanfaatan Google Classroom dan Google Meet untuk pembelajan daring yang disampaikan Edi Irawan, M.Pd. Ketiga, Eksplorasi pemanfaatan Google Drive dan Google Formulir oleh Wahid Hariyanto, M.Pd.

Persentase Bapak/Ibu Guru Pemilik Akun “belajar.id”

Hasil survei awal menggunakan https://www.mentimeter.com/ diketahui bahwa sebanyak 73% Bapak/Ibu Guru PAI sudah memiliki akun “belajar.id”. Sisanya, sebanyak 27% mengaku belum memiliki akun “belajar.id”.

Pemanfaatan Berbagai Layanan Google for Education

Berikutnya, hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 54% Bapak Ibu sudah menggunakan Google Classroom, sisanya masih belum menggunakan. E-mail menempati urutan teratas dari segi pengguna, dengan di susul penggunaan terhadap Google Drive dan Google Formulir.

Berikut adalah salindia yang disampaikan terkait dengan optimalisasi pemanfaatan Google Classroom dan Google Meet.

MA Al-Ishlah Bungkal Bersiap Sambut Society 5.0

Nawari Ide News | Kamis, 10 Oktober 2019, Madrasah Aliyah (MA) Al-Ishlah Bungkal Ponorogo Jawa Timur, bersiap menyambut era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Kegiatan diawali dengan seminar tentang era disrupsi teknologi ini. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pengajaran kekinian, berbasis online.

Kegiatan yang berlangsung di Laboratorium Komputer ini diikuti oleh para Bapak Ibu guru MA Al-Ishlah Bungkal Ponorogo. Bapak Drs. Qomari, Kepala MA Al-Ishlah Bungkal Ponorogo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Terlebih di era globalisasi ini guru perlu mengikuti perkembangan zaman. Muaranya, mampu meningkatkan prestasi para siswa MA Al-Ishlah Bungkal.

Edi Irawan, bertindak selaku narasumber, menyampaikan kondisi baru wajah dunia saat ini. Terjadi perubahan yang signifikan, dimana pada era revolusi industri 1.0 ditandai dengan adanya penemuan mesin uap, revolusi industri 2.0 ditandai dengan ditemukannya listrik, selanjutnya revolusi industri 3.0 ditandai dengan ditemukannya komputer dan internet. Selanjutnya, era baru yang dikenal dengan revolusi industri 4.0, ditandai dengan pemanfaatan artificial intelligence (AI), robotics, the internet of things (IoT), autonomous vehicles, 3D printing, nanotechnology, biotechnology, material science, energy storage dan quantum computing.

Berkelindan dengan hal tersebut, pada tahun 2019, pemerintah Jepang telah mempublikasikan visinya dengan konsep society 5.0. Tahapan era peradaban ini di mulai dari society 1.0 yang ditandai dengan kehidupan berburu, society 2.0 ditandai dengan tahapan manusia mulai bercocok tanam, society 3.0 ditandai dengan adanya industrialisasi, dan society 4.0 ditandai dengan perkembangan dunia teknologi informasi yang massif. Society 5.0 merupakan misi masa depan di mana peradaban manusia didukung dengan artificial intelligence (AI), robotics, the internet of things (IoT) dan big data. 

Revolusi industri 4.0 dan society 5.0 ini perlahan tapi pasti akan memberikan dampak yang signifikan terhadap dunia pendidikan. Termasuk dunia pendidikan di Indonesia. Karenanya, Edi menyampaikan bahwa MA Al-Ishlah Bungkal perlu mulai menyiapkan sejak dini para siswanya mengenal teknologi informasi dengan baik. Salah satunya, para Bapak dan Ibu guru melakukan pembelajaran kekinian. Pembelajaran yang mengombinasikan pembelajaran online (daring) dan tatap muka (luring) atau yang dikenal dengan blended learning.

Pada sesi kedua, Dosen IAIN Ponorogo ini menyampaikan tutorial pemanfaatan Google Classroom sebagai salah satu aplikasi management learning system. Para Bapak dan Ibu guru MA Al-Ishlah Bungkal Ponorogo ini sangat antusias mengikuti pelatihan. Mulai dari membuat kelas, mengunggah materi ajar, membuat tugas, membuat kuis, dan membuat soal ujian.

Kegiatan diakhiri dengan adanya pemberian kuis bagi para Bapak dan Ibu guru MA Al-Ishlah Bungkal. Dengan memanfaatkan kahoot  Edi Irawan memberikan kuis terkait materi yang disampaikan.  Para Bapak dan Ibu guru MA Al-Ishlah Bungkal sangat antusias dan serius dalam menjawab kuis. Peserta yang mendapatkan skor tertinggi diberikan hadiah.

Pada penutupan kegiatan, Drs. Qomari menyampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber dan seluruh peserta yang antusias mengikuti acara. Beliau sangat berharap kegiatan ini bisa ditindaklanjuti oleh Bapak dan Ibu guru MA Al-Ishlah Bungkal dengan menggunakannya pada pembelajaran.

Usia, Bukan Alasan Menjadi Guru Virtual

Nawariide News | Sabtu, 16 Februari 2019. Gema revolusi industri 4.0 tidak hanya lantang di perkotaan. Tetapi juga di pedesaan. Tidak hanya di dunia pendidikan tinggi. Tetapi juga di dunia pendidikan dasar dan menengah. Tidak hanya pada kaum muda. Tetapi juga pada golongan emak-emak (ibu-ibu).

Lahirnya revolusi industri 4.0 juga harus dibarengi dengan pembelajaran 4.0. Sebuah pembelajaran yang up to date. Pembelajaran yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Karenanya, guru juga harus meng-upgrade diri. Sesuai tuntutan dan perkembangan zaman. 

Banyak hal yang bisa dilakukan di era disrupsi teknologi ini. Salah satunya adalah pembelajaran yang mengombinasikan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran daring (dalam jaringan/online). Blanded Learning katanya Pak Dr. Wirawan Fadly, M.Pd. (Kajur Tadris IPA). Kelas virtual tampaknya mulai menjadi song of the day. Perlahan tapi pasti akan membumi.

Banyak cara yang dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran yang kekinian. Pembelajaran daring. Pembelajaran yang tidak tersekat oleh jarak dan ruang. Semua dilakukan dengan membentuk kelas virtual. Kelas belajar yang dilakukan secara online.

Terdapat banyak penyedia pembelajaran online. Sebut saja ada moodle, edmodo, google classroom, dan lain-lain. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tetapi tujuannya sama. Memfasilitasi pembelajaran online. Memfasilitasi keberadaan kelas virtual.

Itulah yang kami bahas bersama Bapak dan Ibu Guru IPA MTs di Kabupaten Ponorogo. Mereka tergabung dalam wadah MGMP IPA. Pagi itu, bertempat di MTs Negeri 1 Ponorogo, para penerus Albert Einstein ini diskusi terkait pembelajaran kekinian. 

Usia tidak menjadi penghalang mereka untuk belajar menggunakan Google Classroom. Mulai dari pengenalan google classrom. Instalasi pada hand phone. Pembuatan kelas virtual, upload materi, pembuatan kuis, dan juga ujian secara online. Mereka begitu sangat antusias untuk mengikuti kegiatan yang dikemas dalam bentuk seminar tersebut.

Awalnya, Saya heran mengapa mereka begitu antusias. Tetapi kemudian saya tersadar, bahwa ini terjadi karena mereka guru MTs. Tentu sangat menghayati sebuah hadits yang sering kita dengarkan اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ (Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat).

Unduh materi pelatihan Pembelajaran di Era Revolusi Industri di sini

 

Abdimas Award 2018

Nawari Ide News | Ponorogo, 29 September 2018. Pagi itu, hall Amaris Hotel terlihat sangat ramai. Bukan untuk rapat, workshop, atau seminar seperti biasanya. Tetapi karena sedang dilaksanakan kegiatan Abdimas Award 2018. Abdimas sendiri merupakan akronim dari “Pengabdian kepada masyarakat”. Pada kegiatan ini dilakukan apresiasi terhadap seluruh madrasah dampingan yang terbaik.

Abdimas Award 2018 ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan sebelumnya. “Kegiatan ini merupakan puncak dari serangkaian kegiatan Abdimas kami, di mana sebelumnya kami telah melakukan perencanaan, pelatihan, dan juga kompetisi antar madrasah dampingan” ungkap Edi Irawan, selaku tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat.

Pada tahap pertama, dilakukan perencanaan untuk pembuatan Website masing-masing madrasah. Penetapan nama domain dilakukan bersama antara tim pengabdian kepada masyarakat dengan madrasah. Kemudian, dilakukan pembelian domain dan hosting untuk masing-masing madrasah.

Selanjutnya pada tahap kedua, dilakukan pelatihan teknik pengelolaan Website. Peserta kegiatan ini adalah para operator dari masing-masing madrasah. Materi pelatihan meliputi teknik pengisian website dan teknik penyusunan berita. Targetnya adalah para operator memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan website masing-masing.

Pada tahap ketiga, madrasah diberikan kesempatan untuk mengisi dan mengembangkan website. Selama proses pengisian website, tim Abdimas melakukan monitor dan evaluasi, baik secara online maupun secara langsung ke madrasah-madrasah. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa proses pengisian dan pengelolaan website berjalan lancar.

Kompetisi antar website merupakan bagian tidak terpisahkan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. “Ini merupakan distingsi kegiatan pengabdian kepada masyarakat kami dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat lainnya” lanjut dosen matematika ini.

Terdapat beberapa kategori website yang ditetapkan menjadi website terbaik. Pertama, website terbaik kategori kualitas layanan informasi online; Kedua, website terbaik kategori tampilan layout; Ketiga, website terbaik kategori konten deradikalisasi; Keempat, website terbaik kategori kualitas inovasi; dan Kelima, website terfavorit.

Operator IT MA Antusias Mengikuti Pelatihan

Nawari Ide News | 18 Agustus 2018. Sebanyak 20 peserta sangat antusias mengikuti pelatihan optimalisasi pemanfaatan website madrasah. Seluruh peserta merupakan para operator IT yang bertanggung jawab atas pengembangan website masing-masing madrasah. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Maesa Hotel Ponorogo pada hari Sabtu,  18 Agustus 2018. Hadir sebagai narasumber Edi Irawan, M.Pd., Dosen IAIN Ponorogo sekaligus pengusul dan pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat terintegrasi tahun 2018.