Arah Baru Pembelajaran di Era Konormalan Baru

Hingga bulan September 2020, wabah Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Justru menunjukkan tren yang semakin meningkat. Bahkan, tercatat pada tanggal 19 September 2020 menyentuh angka penambahan yang mencapai 4.168 tambahan kasus baru (Kompas.com). Seluruh kota besar di Indonesia telah menunjukkan kasus positif Covid-19.

Tren penyebaran Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, tentu berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Tri dharma perguruan dipaksa Covid-19 harus berubah, beradaptasi, dan bertransformasi. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian harus dibawa ke dunia maya, menggunakan berbagai platform yang juga mulai menjamur.

Dampak Covid-19 sangat terasa pada bidang pembelajaran. Pembelajaran yang semua dilaksanakan secara luring (luar jaringan) atau blended learning, harus dilakukan secara daring (dalam jaringan). Demikian juga pada pendidikan tinggi, pembelajaran harus dilaksanakan secara online. Penetapan pelaksanaan pembelajaran daring pada semester ganjil tahun akademik 2020/2021 dilakukan melalui keputusan bersama Menteri Pendidikan, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan.

Lantas bagaimana sebaiknya pembelajaran daring pada perguruan tinggi dilakukan? Silakan simak catatan sederhana saya yang berupaya mengulas pembelajaran daring di era pola hidup baru (new normal) pada perguruan tinggi yang tertuang dalam buku antologi dengan judul “Pendidikan Tinggi di Masa Pandemi: Transformasi, Adaptasi, dan Metamorfosis Menyongsong New Normal”. Dapatkan buku lengkap di sini. Apabila para pengunjung cerdik cendekia semua berkenan mengutip tulisan saya, silakan klik di sini.

Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Development of an online mathematical misconception instrument

Tulisan kedua yang terbit di Journal of Physics: Conference Series ini tergolong cepat. Setelah sebelumnya sudah di diseminasikan pada The 2nd International Seminar on Applied Mathematics and Mathematics Education (2nd ISAMME) 2020 5 August 2020, Cimahi, Indonesia.

Miskonsepsi merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan, termasuk matematika. Untuk mencari solusi, perlu dilakukan diagnosa terhadap miskonsepsi pada konsep dasar matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen tes miskonsepsi diagnostik online.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model ADDIE. Ada lima tahapan penelitian, yaitu: menganalisis, merancang, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi. Pembuktian validitas dilakukan dengan menggunakan indeks Aiken dengan melibatkan lima ahli judgement.

Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas isi yang tinggi. Begitu juga dengan hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan valid dan reliabel. Hasil ini menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan dapat digunakan untuk tes diagnostik miskonsepsi konsep dasar matematika. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk mendiagnosis miskonsepsi di kalangan siswa, siswa, guru dan masyarakat lainnya.

Silakan simak artikel lebih lengkap di sini

Study in statistics: motivation, independence, and learning achievement

Setelah menunggu selama hampir satu tahun, artikel ini telah terbit di Journal of Physics: Conference SeriesVolume 1613. Artikel sederhana yang mengupas tentang motivasi, kemandirian, dan prestasi belajar statistika ini sebelumnya sudah dipresentasikan pada Ahmad Dahlan International Conference on Mathematics and Mathematics Education (ADINTERCOMME) yang dilaksanakan pada tanggal 8-9 November 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan kombinasi blended learning dan problem based learning dalam meningkatkan motivasi, kemandirian, dan prestasi belajar statistika mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilakukan pada mahasiswa IAIN Ponorogo. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah tes hasil belajar, tes kemandirian belajar, dan angket motivasi belajar. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan MANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Bonferroni. Hasil uji MANOVA diperoleh signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi blended learning dan problem based learning lebih efektif dalam meningkatkan motivasi belajar, kemandirian, dan prestasi belajar statistika dibandingkan blended learning dan problem based learning.

Secara spesifik metode kombinasi lebih efektif dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa daripada blended learning dan problem based learning. Pada aspek peningkatan kemandirian belajar mahasiswa, metode kombinasi memiliki efektivitas yang sama dengan pembelajaran berbasis masalah. Keduanya lebih efektif dalam meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa daripada blended learning. Sedangkan pada aspek prestasi belajar metode kombinasi lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar statistika mahasiswa dibandingkan dengan blended learning dan problem based learning.

Pengunjung budiman dapat unduh artikel lengkap di sini. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Menyambut Society 5.0 Melalui Blended Learning

Alhamdulillah, satu lagi tulisan yang berawal dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah terbit pada jurnal terakreditasi Sinta 3. Artikel yang telah terbit ini bercerita tentang pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan blended learning. Hadirnya revolusi industri 4.0 dan society 5.0 menjadi inspirasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka untuk mempersiapkan sejak dini, agar para guru dan siswa tidak mampu bersaing dan menangkap peluang di masa yang akan datang.

Pendekatan yang digunakan pada kegiatan ini adalah participatory action research (PAR) dengan subjek dampingan yang menjadi mitra kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah Madrasah Aliyah Al-Ishlah Bungkal, Ponorogo. Kegiatan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu identifikasi masalah, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi pelaksanaan.

Hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah pemahaman peserta yang tinggi terhadap materi yang disajikan, baik tentang revolusi industri 4.0, society 5.0, dan blended learning serta keterampilan peserta dalam menggunakan Google Classroom dalam pembelajaran. Indikator lain keberhasilan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah hasil evaluasi peserta terhadap pelaksanaan kegiatan. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa kegiatan sangat baik, baik pada aspek sistematika materi, kesesuaian materi, alokasi waktu setiap materi, cara penyampaian materi, kesempatan mengajukan pertanyaan, interaksi narasumber dengan peserta seminar, kualitas materi yang disampaikan, relevansi materi dengan kebutuhan, maupun kemenarikan materi yang disampaikan.

Silakan baca artikel lebih lengkap di sini.
DOI: http://dx.doi.org/10.30651/aks.v4i2.3499
Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Membangun Madrasah Menuju Revolusi Industri 4.0

Alhamdulillah telah terbit artikel saya di Jurnal E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat pada Vol 10, No 2 (2019). Artikel ini bercerita tentang pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan segmentasi Madrasah Aliyah di Kabupaten Ponorogo dalam rangka menyambut era revolusi industri 4.0. Hadirnya revolusi industri 4.0 harus disikapi dan dipersiapkan dengan sangat baik, termasuk halnya oleh madrasah. Peluang yang ada justru harus dijadikan pelecut semangat untuk berbenah dan berinovasi agar madrasah semakin maju dan berkembang. Kenyataan yang ada, jangankan untuk menghadapi revolusi industri 4.0, keberadaan website sebagai sarana informasi resmi saja belum ada. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupaya memberikan solusi bagi madrasah swasta di Kabupaten Ponorogo yang belum memiliki website.

Kami menggunakan pendekatan participatory action research dalam melaksanakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Secara teknis, dilakukan melalui lima tahapan pengabdian berbasis kompetisi yang meliputi persiapan, pelatihan, pendampingan, kompetisi, dan apresiasi. Hasil nyata kegiatan pengabdian ini adalah keberadaan website resmi madrasah dampingan. Seluruh website tersebut selanjutnya dilakukan kompetisi antar madrasah dampingan dengan beberapa kategori perlombaan. Madrasah dengan website terbaik pada masing-masing kategori diumumkan dan diberikan apresiasi pada kegiatan abdimas award. Indikator lain keberhasilan program pengabdian kepada masyarakat ini adalah hasil umpan balik dari Kepala Madrasah dampingan. Sebanyak 94% madrasah menyatakan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terlaksana dengan sangat baik.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dirjen Pendis Kementeraian Agama RI atas dukungan penuhnya terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan LPPM IAIN Ponorogo yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Selain itu, ucapakan terima kasih juga kami sampaikan kepada para madrasah dampingan yang bersedia menjadi mitra kerja sama kegiatan ini..

Selamat membaca. Mohon masukannya.

Baca artikel lengkap di sini atau klik DOI: http://dx.doi.org/10.26877/e-dimas.v10i2.3229

Model Pengabdian Berbasis Kompetisi

Pengabdian merupakan salah satu tri dharma perguruan tinggi yang kerap kali dikesampingan. Memang secara langsung tidak berimplikasi pada dosen sebagai pelaksana pengabdian. Juga tidak ada tuntutan luaran berupa jurnal layaknya penelitian. Tidak ada juga standarisasi pengabdian kepada masyarakat. Karenanya, pengabdian menjadi tidak terlalu populer.

Pengabdian masyarakat sesungguhnya merupakan bentuk dharma bakti nyata dan langsung kepada masyarakat. Hasil penelitian yang ideal dengan visi setinggi langit perlu digunakan untuk mensejahterakan masyarakat. Tentu sesuai dengan keahlian yang kita miliki masing-masing.

Buku ini lahir dari ide yang sudah penulis tuangkan dan aplikasikan, yaitu pengabdian kepada masyarakat berbasis kompetisi. Pengabdian yang di kombinasikan dengan kompetisi antar dampingan.

Terdapat empat tahapan kegiatan pada pengabdian kepada masyarakat berbasis kompetisi. Kesatu, planning atau perencanaan. Pada tahap ini tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat bersama masyarakat dampingan menyusun rencana bentuk kegiatan pemberdayaan secara bersama-sama. Kedua, tahap doing atau pelaksanaan. Pada tahap ini tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat bersama masyarakat dampingan melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Ketiga, kompetisi atau perlombaan. Pada tahap ketiga ini dilakukan perlombaan antar subjek dampingan berdasarkan parameter tertentu yang telah ditetapkan bersama. Keempat, apresiasi atau penghargaan. Pada tahap terakhir ini, subjek dampingan yang paling baik–sesuai dengan kriteria kompetisi yang telah dilakukan sebelumnya–diberikan apresiasi atau penghargaan.

Buku ini juga dilengkapi dengan uraian mengenai berbagai pendekatan pemberdayaan masyarakat, mulai dari PRA, RRA, SL, hingga ABCD. Masing-masing disebutkan tahapan, kelebihan, kekuarangan, dan perbedaannya. Selain itu, Buku ini juga dilengkapi dengan contoh best practice yang telah penulis lakukan.

Sebagai penutup buku, disajikan berbagai potensi luaran yang sangat bermanfaat bagi dosen, mulai dari buku, artikel pada jurnal, oral presentasi pada seminar nasional atau internasional, HKI (hak kekayaan intelektual) dan lain sebagainya. Jika penasaran, Anda dapat memiliki buku ini dengan murah di sini.

Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Webinar Optimalisasi Pemanfaatan Akun “belajar.id”

Ponorogo, 11 Desember 2021. Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kabupaten Madiun senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Tidak mau hanya menjadi kelompok “Laggards” menurut Everett M Rogers (2003). Para Bapak dan Ibu Guru PAI di Kabupaten Madiun menyelenggarakan Webinar Optimalisasi Pemanfaatan Akun “belajar.id”. Kegiatan ini diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 10 – 11 Desember 2021.

Webinar ini mengupas tentang tiga hal. Pertama, blended learning sebagai alternatif pembelajaran daring dan luring yang disampaikan oleh Dr. Sugiyar, M.Pd.I. Kedua, Optimalisasi pemanfaatan Google Classroom dan Google Meet untuk pembelajan daring yang disampaikan Edi Irawan, M.Pd. Ketiga, Eksplorasi pemanfaatan Google Drive dan Google Formulir oleh Wahid Hariyanto, M.Pd.

Persentase Bapak/Ibu Guru Pemilik Akun “belajar.id”

Hasil survei awal menggunakan https://www.mentimeter.com/ diketahui bahwa sebanyak 73% Bapak/Ibu Guru PAI sudah memiliki akun “belajar.id”. Sisanya, sebanyak 27% mengaku belum memiliki akun “belajar.id”.

Pemanfaatan Berbagai Layanan Google for Education

Berikutnya, hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 54% Bapak Ibu sudah menggunakan Google Classroom, sisanya masih belum menggunakan. E-mail menempati urutan teratas dari segi pengguna, dengan di susul penggunaan terhadap Google Drive dan Google Formulir.

Berikut adalah salindia yang disampaikan terkait dengan optimalisasi pemanfaatan Google Classroom dan Google Meet.